Pakar UNAIR Paparkan Efek Wabah PMK Terhadap Harga Sapi Menjelang Idul Adha

    Pakar UNAIR Paparkan Efek Wabah PMK Terhadap Harga Sapi Menjelang Idul Adha
    Sumber: Megapolitan Kompas

    SURABAYA – Mewabahnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan di 178 kabupaten dan kota di Indonesia memberikan efek samping pada harga sapi menjelang Iduladha 1443 H. Berkaitan dengan hal itu, Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga Dr Rossanto Dwi Handoyo SE MSi PhD memaparkan sejumlah alasan.

    Rossanto menjelaskan bahwa harga sapi saat ini terbagi menjadi dua bagian. Bagi daerah yang terindikasi terkena wabah PMK, maka harga sapi akan menurun. Sedangkan bagi daerah-daerah yang tidak terindikasi terkena wabah PMK maka harga sapi akan meningkat.

    Menurut Rossanto, masyarakat cenderung tidak percaya untuk membeli sapi pada daerah-daerah yang terindikasi terkena wabah PMK. Tentu hal ini berpengaruh pada supply dan demand sapi di suatu daerah dan mempengaruhi harga pasarnya.

    Selanjutnya, Rossanto juga menjelaskan bahwa harga sapi menjelang Iduladha 1443 H terutama mulai dua minggu sebelumnya diprediksi akan meningkat. Selain karena demand yang akan meningkat, para peternak juga akan tetap berusaha menjual sapi-sapinya yang terdampak wabah PMK karena sampai saat ini belum ada evidence penularan PMK dari hewan kepada manusia selama daging tersebut dimasak dengan benar.

    “Mereka (peternak, Red) akan tetap menjual itu (sapi terdampak wabah PMK, Red) secara tidak melalui lembaga formal, misalnya RPH (rumah potong hewan, Red) karena sapi-sapi yang masuk ke RPH ini sudah harus terstandarisasi, harus mendapat stempel kesehatan dari balai karantina hewan, dari dinas setempat, ” terang Rossanto, Rabu (22/6/2022).

    Mitigasi Pemerintah

    Kembalinya harga sapi ke harga normal dimungkinkan jika pemerintah melakukan mitigasi yang optimal. Apalagi, saat ini predikat Indonesia sebagai negara bebas PMK telah dicabut.

    “Pemerintah harus bisa menyediakan vaksinasi sebagai upaya mitigasi secara masif untuk mengatasi itu (wabah PMK, Red). Karena kalau tidak maka penyebaran akan semakin meningkat dan tentunya akan merugikan produsen dan juga masyarakat itu sendiri sebagai pembeli, ” jelas Rossanto.

    Rossanto juga menyarankan sejumlah solusi yang bisa dilakukan untuk mengendalikan harga sapi. Salah satunya dengan melakukan impor.

    “Impor menjadi salah satu solusi untuk menjaga ketahanan pangan kita karena daging ini juga memberikan kontribusi terhadap inflasi, sehingga bisa melebar ke sektor-sektor yang lain, ” terangnya.

    Selain itu, revolusi industri di peternakan juga bisa dilakukan pemerintah agar wabah PMK dapat terkendali dengan baik. (*)

    Penulis : Tristania Faisa Adam

    Editor : Binti Q Masruroh

    SURABAYA
    Achmad Sarjono

    Achmad Sarjono

    Artikel Sebelumnya

    Kandidat BPK RI Kenalkan Dunia Kerja Menjadi...

    Artikel Berikutnya

    Kejari Kota Kediri Launching Satgas Pemberantasan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Pendam Brawijaya Gelar Karya Bakti di Kecamatan Sawahan
    Perhutani Probolinggo Ikut Berpartisipasi dalam Acara Underwater Clean Up di Pantai Tampora Situbondo
    Perhutani Probolinggo Gelar Tasyakuran Atas Capaian Target Getah Pinus di Sukapura

    Ikuti Kami